3 Macam Sabar Menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib

3 Macam Sabar Menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib

Sabar merupakan salah satu akhlaq yang terpuji, baik dalam berhubungan secara horisontal maupun vertikal. Pasalnya, kita hidup dalam sebuah dimensi yang cukup rumit, selalu ada saja masalah dan ujian. Tentu saja semua itu membutuhkan ketegaran dalam menghadapinya, yaitu melalui kesabaran.

Dalam sebuah maqolah, Sahabat Ali bin Abi Thalib membagi 3 macam sabar :

الصَّبْرُ عَلٰى ثَلَاثَةِ اَوْجُهٍ : الْاَوَّلُ الصَّبْرُ عَلَى الطَّاعَةِ، وَالثَّانِيْ الصَّبْرُ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، وَالثَّالِثُ الصَبْرُ عَلَى الْمُصِيْبَةِ
"Sabar terbagi atas 3 macam : Pertama, sabar dalam melakukan ketaatan. Kedua, sabar dalam meninggalkan maksiat. Dan Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah".

Pertama, Sabar Dalam Melakukan Ketaatan
Dalam melakukan kebaikan dan ibadah, musuh utama kita adalah syetan dan nafsu. Keduanya selalu membisikkan rayuan agar kita lalai dalam melakukan kebaikan dan ibadah kepada Allah SWT. Untuk itulah, terkadang dirasa cukup berat dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Jadi, kesabaran agar kita senantiasa bisa beristiqomah dalam ketaaatan merupakan perjuangan yang tidak mudah.

Dalam melanjutkan maqolah di atas, Sahabat Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengganjar bagi setiap muslim yang mau berusaha sabar dalam melakukan ketaatan sebagai berikut ini :

فَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ، اَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالٰى مِائَةَ دَرَجَةٍ، كُلُّ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْاَرْضِ
"Barang siapa bersabar dalam melakukan ketaatan, maka Allah Ta'ala akan memberinya 100 derajat. Setiap derajat sejauh jarak antara langit dan bumi".

Kedua, Sabar Dalam Meninggalkan Kemaksiatan
Sabar yang kedua adalah sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, apapun itu, baik maksiat kecil mapun maksiat besar, misalnya marah atau emosi, ghibah, berkata kotor, bahkan sampai berjudi, mabuk, dan lainnya.

Percaya atau tidak, bersabar dalam meninggalkan maksiat jauh lebih berat daripada bersabar dalam melakukan ibadah. Apa buktinya ? cobalah sejenak merenung, misalnya dalam waktu dalam 24 jam saja, manakah yang paling mendominasi dalam prilaku kita, kebaikan atau keburukan ? mengingat Allah SWT atau melupakan Allah SWT ?. Tentu kita tahu bahwa hati kita senantiasa melupakan-Nya dalam waktu 24 jam, hakekatnya itu adalah maksiat yang tak disadari. Apalagi sampai melakukan maksiat besar yang terbiasa dilakukan, misalanya berjudi dan mabuk, tentu sangat berat untuk ditinggalkan.

Untuk itulah, Sahabat Ali bin Abi Thalib menjelaskan ganjaran yang diberikan Allah SWT bagi muslim yang mau bersabar dalam meninggalkan maksiat :

وَمَنْ صَبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، اَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالٰى يَوْمَ الْقِيَامَةِ سِتَّمِائَةَ دَرَجَةٍ، كُلُّ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْاَرْضِ
"Barang siapa bersabar dalam meninggalkan maksiat, maka Allah Ta'ala akan memberinya 600 derajat di hari kiamat. Setiap derajat sejauh jarak antara langit dan bumi".

Ketiga, Sabar Dalam Menghadapi Musibah
Selanjutnya adalah bersabar dalam menghadapi musibah, misalnya kematian orang yang dicintai, kehilangan harta, kecelakaan, menderita penyakit yang tak kunjung sembuh, dan lain-lain. Semua itu merupakan bentuk ujian yang membutuhkan kesabaran lebih kuat.

Pasalnya, seseorang yang mendapatkan musibah terkadang membuat hatinya hancur dan terjerat benang keputusasaaan. Dalam keadaan seperti ini, syetan lebih mudah menaburkan benih-benih rayuannya. Tak jarang, dia pun akhirnya menyalahkan diri sendiri, menyalahkan waktu dan keadaan, menyalahkan takdir, bahkan sampai menyalahkan Allah SWT, naudzubillah min dzalik.

Nah, jika sudah demikian, keputusasaan membuat lubang besar di dalam hatinya. Lalu, dia dengan mudahnya berusaha untuk menutup lubang itu dengan melakukan kemaksiatan seperti sengaja tidak sholat, lalai berpuasa, mabuk, narkoba, bahkan sampai mengakhiri hidupnya sendiri.

Untuk itulah, Allah SWT memberikan pahala yang lebih besar lagi bagi orang yang mau bersabar dalam menghadapi musibah, sebagaimana yang dijelasakan Sahabat Ali bin Abi Thalib dalam melanjutkan maqolah di atas :

وَمَنْ صَبَرَ عَنِ الْمُصِيْبَةِ، اَعْطَاهُ اللّٰهُ اَجْرَهُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Dan barang siapa bersabar dalam menghadapi musibah, maka Allah akan memberinya pahala tanpa batas".

Sumber maqolah : Kitab Daqoiqul Akbar, Bab 14
Penulis : Imam Abdur Rochim bin Ahmad Al-Qodli